ambisi.org merupan web yang dikelola sebagai wadah para penulis-punulis aktif seluruh Indonesia pada umumnya dan penulis aktif AMBISI UINSA khususnya.
Kami tunggu karya-karya terbaik kalian 😊🙏
Ekonomi dengan segala keberpihakan juga perdebatan Tak peduli rakyat jelata semakin tertekan Ataupun perut anak jalanan yang kosong tak tertahan Kaum bangsawan tetap terdepan dengan pencitraan Kebijakan yang seakan-akan timbul tanpa pemahaman Mendorong ketidakpastian anggaran dan harapan Para aparat dan pejabat, tolong jangan rakus dibalik topeng Kami rakyat tak ingin melarat dengan cuitan janji kaleng
Sudah lupakah dengan orasi kebanggaan untuk memberantas korupsi? Kami masih ingat tanpa spasi dimana kalian basa-basi Saat ini ekonomi Indonesia sedang lesu, mencari sandang pangan yang tersimpan Tidak ada titik temu seiring pandemi yang terus diumpan Indonesia kaya bukan? Bukan hanya alamnya, hasil tambangnya atau culture budayanya Semangat gotong royong dan kepedulian yang tidak mengikat Juga pengabdian dan jalinan kasih yang erat Adalah kekayaan sendiri bagi Indonesia tercinta
Jangan biarkan negara lemah karena ekonomi yang tak tertata Kebijakan moneter dan fiskal harus rapih di depan mata Siapkan dengan pandai APBN dan APBD agar sama rata Kebersamaan membuat kita bijak dan fokus untuk ekonomi bangsa yang mandiri Dengan tetap bersatu agar tidak ada kelemahan yang menghampiri Biar seluruh semesta tahu tak akan ada tangis lemah lagi dari rakyat yang daulat
Di era digital ini perkembangan peranti teknologi terutama gadget berkembang pesat dan semakin marak digunakan berbagai kalangan. Tidak hanya remaja dan orang dewasa, anak-anak sekalipun tidak luput dari hal tersebut. Tentu ini tidak terlepas dari peran orang tua yang memberikan kebebasan dalam menggunakannya. Menurut data dari kominfo.go.id dalam artikel yang berjudul Riset Kominfo dan UNICEF Mengenai Perilaku Anak dan Remaja dalam Menggunakan Internet, setidaknya ada 30 juta anak-anak dan remaja di Indonesia yang mengakses internet.
Fenomena ini terjadi karena kebanyakan orang tua memberikan mindset bahwa gadget adalah hal yang lumrah untuk digunakan dalam aktivitas sehari-hari. Bahkan peran orang tua yang seharusnya menjadi sosok teman bermain dan bercerita anak mulai tergantikan dengan kehadiran gadget. Orang tua tidak perlu repot-repot membelikan berbagai mainan ataupun menemani anak secara intens, anak bebas berselancar di dunia maya maupun memainkan game, sehingga orang tua bebas bekerja maupun melakukan aktivitas lainnya. Bahkan anak yang mengalami tantrum ketika diberi gadget seketika menjadi tenang, ibarat kata diberi gadget masalah selesai.
Padahal dalam perkembangannya usia 1-5 tahun merupakan periode yang sangat sensitif terhadap suatu informasi yang ditemukan disekitarnya atau biasa disebut sebagai Golden Age. Anak akan meyerap berbagai perilaku yang ada di lingkungannya. Pada masa ini seluruh aspek perkembangan kecerdasan, seperti intelektual, emosi, dan spiritual mengalami perkembangan luar biasa yang akan memengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya.
Disisi lain pemakaian gadget pada anak juga dapat membawa efek negatif, baik bahaya yang langsung terlihat maupun bahaya jangka panjang. Berikut bahaya penggunaan gadget pada anak yang dirangkum dalam berbagai sumber:
Resiko terkena radiasi elektromagnetik
Kemampuan psikomotorik berkurang
Kesulitan beradaptasi dengan materi pelajaran
Kecanduan atau ketergantungan terhadap gadget
Anak rentan terpapar pengaruh buruk internet , juga rentan menjadi korban predator anak yang berkeliaran di internet, serta bulliying.
Memengaruhi perkembangan kesehatan mental dan sosial
Anak menjadi lamban dalam berfikir
Selain dampak negatif tersebut, di sisi lain ada beberapa manfaat bagi anak yang sejak dini sudah berkenalan dengan gadget. Setidaknya anak sudah familiar dengan teknologi demi menunjang pengetahuan serta mempersiapkan anak menghadapi era digitalisme. Anak juga akan lebih betah berdiam diri di dalam rumah sehingga memudahkan orang tua dalam mengawasi dan melakukan aktivitas lain. Selain itu gadget juga memberikan fasilitas game yang mengasah kemampuan otak dalam aplikasi tertentu seperti puzzle, tebak gambar, permaianan kata dan lain sebagaianya. Teknologi memang seperti pisau tajam bermata dua. Di satu sisi memeberikan manfaat, namun di sisi lainnya juga memberikan efek negatif apabila tidak dibarengi dengan penggunaan secara bijak.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pemakaian gadget pada anak diperbolehkan dalam skala prioritas tertentu. Apabila anak memiliki urusan urgent yang mengharuskannya menggunakan gadget maka diperbolehkan, tentu saja harus dibarengi dengan berbagai ketentuan dan pengawasan orang tua. Namun apabila tidak terlalu urgent untuk digunakan maka alangkah lebih baik tidak menggunakannya. Hal ini bisa diganti dengan aktivitas anak pada umumnya seperti bermain, berkreasi, atau menggambar.
Berikut tips dan aturan main untuk penggunaan gadget pada anak dari Psikolog Arnnelia Sari Sani yang dilansir dari artikel Tempo.co:
Maksimal dua jam penggunaan
Orang tua harus menguasai cara mengoperasikan gadget
Orang tua harus selalu mendampingi anak saat bermain gadget
Orang tua harus mengajari etika dunia maya
Diskusikan dengan anak terkait informasi yang akan diakses
Biasakan saat bermain di luar tanpa membawa gadget
Zona tanpa gadget, misal tidak bermain gadget saat makan maupun kumpul keluarga.
Didalam diri ini Aku memandang bayanganmu Kududuk sejenak dipinggir desa Berharap akan adanya perubahan
Tekad ini pun muncul Dalam jiwa kecilku berbisik Ayo lakukan seruan hatiku Berharap adanya hasil yang terwujud
Aku yakin pasti bisa Mewujudkan harapanku untuk Mengenyam pendidikan setinggi mungkin Untuk merubah keadaan ini
Jika tidak kita siapa lagi Kalau bukan sekarang kapan lagi Selama kita bisa mari buktikan Untuk mengukir harapan dimasa depan
Mari berjuang mulai sekarang Bedoa terbaik Meminta restu orang tua dan guru yang utama Itulah kunci kesuksesan Jangan biarkan keadaan menjadi penghalang Jangan biarkan keterbatasan menjadi masalah Kita semua sama sama berjuang Untuk mengharumkan nama bangsa..
Ketika matahari terbit Terbitlah cintaku padamu Tapi ketika matahari tenggelam Cintaku tak akan menghilang
Ketahuilah sayangku ! Jika panasnya neraka Bisa kutahan, namun tak demikian hilangmu Seperti malam tanpa bulan, siang tanpa surya
Jika saja kau memahami, tanpamu aku bak si buta Si buta yang berjalan susah tak tahu arah Mataku tak mampu melihat, pandanganku kabur Yang tersisa hanya harap pada surya
Tapi sayang, lagi-lagi pupus Esok yang kutunggu nyatanya masih saja gelap Kembali kucoba menunggu, dan justru awan hitam semakin pekat
Tiba-tiba burung gagak menghampiriku Membawakan berita, Bahwa sinar yang kuharap selama ini tertahan oleh hati yang lain Aku terdiam, sudahlah mungkin inilah jalanku
Sejak SMA Tania menyukai Rio, teman sekelasnya. Awalnya mereka hanya teman biasa. Seolah takdir tanpa tanda, mereka menjadi sangat akrab satu tahun setelahnya sebab menjadi bintang kelas dan sering mengikuti bimbingan matematika bersama
Tania adalah cewek imut, berkacamata, pintar dan aktif. Sedangkan Rio adalah cowok tinggi, putih, pintar dan berani. Sejak saat itu Tania dn Rio sering mengobrol bersama, bahkan Rio juga sering mengantar Tania pulang karena mereka harus pulang sore karena bimbingan matematika. Mereka tak pernah menanyakan apapun tentang perasaan mereka sampai mereka lulus SMA.
Setelah kenaikan kelas 12 Rio memilih ikut ayahnya yang sedang bertugas di luar kota. Rio tak pernah memberi tau Tania soal ia akan bersekolah di luar kota.
“Rio kenapa kamu nggak ngomong kalau kamu bakalan sekolah di luar kota?” Tanya Tania saat hari terakhir Rio bersekolah di sekolah yang sama bersama Tania.
“Maaf Tan… kamu jaga diri baik-baik ya” Kata Rio
Sejak saat itu Tania menjadi sedikit pendiam dan sering melamun, ia merindukan Rio yang tak ada kabar selama kurang lebih 4 tahun.
***
Setelah lulus SMA Tania, melanjutkan ke Universitas Negeri Malang dengan jurusan pendidikan matematika, ia sangat berharap Rio juga kuliah disana.
Reuni sekolah SMA digelarkan, namun Tania tak melihat sosok Rio disana. Ia bertemu dengan Yudi sahabat Rio dari SD. Tania pun tak segan-segan menanyakan tentang Rio.
“Yud, Rio gimana kabarnya?”
“Alhamdulillah baik, kemarin dia menelponku Tan”
“Oh ya? Dia ngomong apa saja?”
“Rio cerita soal pacarnya yang sering ngambek, dia minta tipsnya ke aku” Kata Yudi
Seketika itu tubuh Tania rasanya membeku seperti bongkahan es, ia mendadak berubah menjadi kaku. Yudi mengerti dan merasakan apa yang dirasakan Tania meskipun ia tak pernah menceritakan apapun tentang perasaannya.
“Rio pasti kembali Tan, sabar ya”
***
Sejak saat Yudi bilang seperti itu ke Tania, Tania mulai melupakan semua tentang Rio, kenangan bersama Rio, begitupun dengan perasaannya kepada Rio. Ia lebih memilih fokus ke kuliahnya yang hampir selesai dan tentu jauh lebih penting daripada Rio.
Tania sangat semangat mengerjakan skripsinya tanpa ada bayangan Rio yang melintas, kalaupun ada dia merenung sejenak lalu mengabaikannnya.
Skripsi Tania sudah selesai dan kini ia tinggal wisuda. Pada saat wisuda bayangan Rio kembali melintas di benak Tania. Tania sangat rindu dengan Rio, ia tak bisa melupakannya. Ah, sekedar ilusi.
Seusai wisuda Tania melihat seorang laki-laki di depan pintu membawa bunga mawar merah. Saat Tania akan melewati pintu, pria itu langsung jongkok di hadapan Tania lalu medongakkan kepalanya dengan tersenyum dan memberi bunga itu kepada Tania sambil berkata “Tania aku ingin ta’aruf denganmu”
Tania sangat kaget dengan semuanya, ini seperti mimpi. Laki-laki itu adalah Rio, seorang yang dinantikannya selama bertahun-tahun. Rio menceritakan semuanya, Rio juga sebenarnya tidak pernah punya pacar, itu hanya siasat. Tania tak menyangka inilah takdirnya. Sungguh takdir yang sangat indah. Semua skenario hidup kita telah tercatat dalam Lauhul MahfudzNya dan itu takkan tertukar dengan milik orang lain.
Saban hari mengekor di belakang punggungnya Cukup jauh menciptakan jarak menjadi pengagum rahasia Menyimpan setiap gambaran indah dari mimik wajah dan tingkah lakunya Menciptakan sebuah dunia utopia memuat euphoria
Untuk kesekian kali aku tak dapat mengingkari Bahwa diri memang tak punya nyali Selain setia menjadi pendengar setiap kisah yang ia ceritakan Kisah tentangnya beserta napas keajaiban
Tak henti kata kagum kusisipkan Entah sampai kapan terus menyimpan, Entah sampai kapan akan berhenti Dari kegilaan cinta fana yang diciptakan ilusi hati
Andai diberi kesempatan Biarkan diri memilih untuk menyimpan Sampai waktu yang ditentukan Akan ada pilihan untuk bertahan atau justru melepaskan
Malam itu terasa menusuk tulang. Sepulang Ica dari kota rantau, ia selalu menanti momen dimana bisa mengobrol santai bersama ayah dan ibunya. Makan malam menjadi hal yang sangat ditunggu oleh Ica, sebab dari situ ayah dan ibunya selalu mampu memotivasi Ica. Ayahnya pun menyelipkan pembicaraan di tengah makan malam mereka.
“Ca, bagaimana kuliahmu? Lancar kan? Ini ayah ada rekomendasi kursus bahasa buat kamu Ca, banyak yang bilang kursus ini sangat cocok untuk yang ingin mendalami bidang bahasa Arab maupun Inggris” ucap Ayah Ica.
Ayahnya mengetahui perihal info kursus ini dari salah satu temannya. Karna ayahnya tau Ica sangat ingin mengikuti kursus bahasa, namun selalu saja ada kendala biaya dan juga waktu, mumpung sekarang lagi libur semester ayahnya menawarkan kursus ini padanya.
“Wah, kursus dimana yah? Tapi kan biaya kursus itu juga tidak murah, Yah” sahut Ica sambil mengambil air putih.
“Di kota pahit Ca, dekat kok dari sini. Soal biaya kamu tidak usah khawatir, alhamdulillah ayah ada rezeki untuk biaya kursus kamu. Ayah tau kalau kamu sangat membutuhkan waktu belajar yang lebih intens Ca” ucap ayahnya.
Ica, gadis yang disebut orang sekitarnya memiliki banyak talenta, padahal ia menyadari masih sangat banyak kekurangan pada dirinya. Sebagian orang yang sudah lama mengenalnya, menyebutnya seorang yang kharismatik dan humble. Keinginannya untuk kursus bahasa selalu Ica sembunyikan dari orang tuanya, karena Ica tau biaya kursus itu tidak murah ditambah dia juga banyak kegiatan di kampusnya membuat Ica semakin tidak yakin untuk bisa ikut kursus. Namun, selalu saja ada jalan selama tujuannya itu baik dan untuk menambah ilmu. Tanpa berpikir panjang, Ica langsung mengiyakan tawaran ayahnya dan bergegas menyiapkan semua keperluan yang akan dia bawa esok hari.
Siang terik itu sangat menyengat kulit, iyaa sangat menyengat! Ica dibonceng ayahnya mengendarai sepeda motor bebeknya yang memang sudah tua itu bersama dengan barang bawaannya yang banyak sekali, satu tas besar ditaruh di bagian depan sepeda dan satunya lagi dibawa dipundaknya.
Beberapa menit berlalu, akhirnya Ica dan Ayahnya sampai juga di kota pahit itu, kumandang adzan dhuhur sudah terdengar. Sembari istirahat sejenak, Ica dan Ayahnya berhenti di sebuah surau kecil tapi makmur. Mungkin karena tempatnya pun dekat dengan maskan (tempat tinggal) anak-anak kursus disitu. Karena di kota pahit ini terbagi menjadi 2 bagian kursus bahasa, yaitu kursus bahasa Arab dan kursus bahasa Inggris.
Setelah beberapa lama, Ica dan Ayahnya sudah selesai sholat dhuhur dan mereka pun langsung mengendarai sepeda motor bebeknya lagi dan menuju ke pusat dauroh (kursus) Al-Azhar. Dauroh itu terletak di jalan Cempaka, iyaa teman-teman yang sudah lama berada di kota pahit itu memanggil maskannya dengan sebutan maskan cempaka. Yaaa, mungkin karena letaknya yang berada di jalan Cempaka. Dan terdapat cabang maskan yang terletak di jalan Nusa Indah, letaknya lumayan jauh dari kantor pusat dauroh Al-Azhar.
Di daerah yang mungkin sudah tak asing lagi dimana orang akan belajar, menuntut ilmu, mengasah kemampuan, mengenal budaya, dan juga berbaur dengan banyak orang pendatang. Iya, kota yang terkenal dengan sebutan ‘kampung inggris’ ini sepertinya sudah tak asing lagi ditelinga khalayak ramai. Kota yang dikenal dengan nama buah pahit ini nampaknya sudah melanglang buana ke luar pulau bahkan luar negeri. Pare, dia adalah kota kenangan dimana selalu saja ada jejak yang tertinggal disana. Selama 2 pekan merupakan waktu yang cukup singkat untuk belajar dan mengenal budaya disana, bertemu dengan banyak orang hebat dari luar pulau bahkan luar negeri.
Sesampainya di depan pusat dauroh Al-Azhar, Ica dan Ayahnya langsung beranjak masuk ke dalam kantor untuk menyelesaikan registrasi berkas. Kantor dauroh yang sangat bersih, rapi, dan hampir semua dinding dipenuhi dengan poster berbahasa Arab itu membuat Ica tak berhenti memandangi satu persatu poster yang ada di dinding itu. Bahkan, sesaat sebelum Ica memasuki ruangan, tertempel tulisan cantik pas di tengah pintu masuk kantor, yang membuat Ica semakin bersemangat untuk segera bergabung belajar bersama teman-teman lainnya.
Tak lama kemudian Ica langsung masuk ke dalam kantor bersama ayahnya, dengan membawa tas kopernya yang penuh dengan baju, dan keperluan selama Ica berada di kota pahit ini. Terlihat dari dalam, ada satu anak perempuan yang seumuran Ica menunggu registrasi. Tak lama kemudian Ica masuk ke dalam dauroh dan bertemu dengan anak perempuan itu.
“Aku Ica Maharani, asli kota santri” sapaku. Gadis itu agak tertunduk malu, sembari membawa koper besarnya dan satu tas mungilnya di pundak. “Oiya, aku Afi Sukma asli Riau” jawabnya sambil membawa bukti administrasi.
Selang beberapa menit, Ica dan gadis asli Riau itu diantar ke maskan, tempat dimana Ica dan gadis itu akan tidur, makan, istirahat, belajar, dan menghabiskan banyak waktu disana. Iyaa, panas mentari pun semakin menusuk kulit. Beberapa menit berlalu, akhirnya Ica dan Afi sampai di maskan tempat dimana mereka akan tinggal selama 2 minggu.
“Mbak Ica dan mbak Afi sudah boleh turun, itu maskan kalian” sahut sopir dauroh itu. Ica dan Afi pun langsung turun dengan membawa tas besar dan koper mereka masing-masing. Setibanya di depan maskan, Ica dan Afi menenteng koper dan tas besar mereka.
“Kok sepi sekali ya? Seperti tak berpenghuni ya Fi” ucap Ica setibanya di sana. Tiba-tiba ada wanita berhijab panjang keluar dari dalam maskan dan menyambut kedatangan Ica dan Afi.
“Wah, ini pasti Ica dan Afi ya? Ayo silakan masuk, kalian pasti lelah dan butuh istirahat” ucap wanita itu. Kamar kalian berada di pojok sana ya” ucap wanita itu.
Di dalam kamar itu ada seorang anak yang tertidur pulas, dan seorang lagi sedang asyik main HP. “Wah, iya kak silakan masuk” ucap salah seorang di kamar itu. Untuk memecah keheningan, Ica dan Afi pun mencoba untuk mencairkan suasana. “Sudah datang dari kemarin ya kalian?” tanya Ica. “Iya nih mbak, kami sudah datang dari semalam” jawabnya. “Wah, pantas saja. Oiya perkenalkan aku Ica Maharani. Biasa dipanggil Ica asal kota Santri, tapi terserah yang manggil juga bisa dipanggil Maha, atau Rani” ucap Ica sambil tertawa kecil.
“Dan aku Afi Sukma, asal Riau” sahut Afi. Mereka pun tak lama sudah sedikit akrab, dan sedikit bercanda.”Waah iya, senang sekali bisa kenal kalian. Aku Ana Amelia, bisa dipanggil Ana, asli Makassar” ucap gadis cantik itu. “Dan aku Atma Wijaya, bisa dipanggil Atma asli sama dengan Ana” sahut gadis imut itu.
Keesokan harinya, anak-anak di maskan mengikuti tes penempatan kelas. Pengumuman penempatan kelas akan diumumkan hasilnya setelah sholat maghrib berjama’ah. Sesaat waktu sholat maghrib tiba, dan anak-anak di maskan itu semakin tegang dengan hasil tes pagi tadi. Akankah mereka yang sekamar akan sekelas juga sewaktu kursus. Ustadzah Aisyah menyebutkan hasilnya satu persatu, dan sampailah pada nama-nama Ica, Afi dan Ana ternyata sekelas. Sedangkan Atma dan Atika berbeda kelas dengan mereka. Atika salah seorang anak kamar yang jail dan kadang juga suka membully, walaupun terlihat seperti bercanda tapi kata-katanya sangat menggores kalbu.
Sesaat mereka masuk ke kamar dan bersiap istirahat untuk mengikuti kelas pertama esok hari. Waktu sudah menunjukkan pukul 05.00 pagi, antrian mandi pun seperti rel kereta api. Bagaimana tidak? Karna penghuni maskan yang banyak tak seimbang dengan jumlah kamar mandi yang tersedia di maskan, jika tidak ingin antri ya harus bersiap mandi dari jam 3 pagi. Lonceng kelas pun berbunyi menandakan kelas akan segera di mulai. “Ayo Ica, ini sudah hampir telat loh” ucap Afi dan Ana. Ica memang sangat senang memasak, hampir setiap pagi sebelum berangkat kursus dia selalu menyempatkan membantu bu Dina memasak di dapur. Sampai ia tak menyadari kalau sering telat masuk kelas gara-gara membantu ibu Dina memasak di dapur.
Sudah hampir seminggu Ica berada di kota pahit itu, dia mengikuti kursus setiap harinya. Meskipun banyak rintangan yang harus Ica hadapi, tapi Ica selalu berusaha semaksimal mungkin agar tidak mengecewakan orang tuanya. Terlebih lagi, dia harus menghadapi beberapa temannya di kelas kursus yang suka membully Icha karena dia bukan tipe anak yang suka bergaul dengan teman-teman sombong, dan suka membully. Tapi Ica selalu saja jadi bahan bully Rania dan teman-temannya. Untungnya ada Ana, Afi, dan juga Atma teman sekamarnya yang sangat peduli pada Ica.
Hingga suatu ketika, Ica difitnah oleh Rania dan teman-temannya. Sehingga terancam dikeluarkan dari asrama dan juga dauroh. “Ica Maharani.. Ica absen kah dia?” ujar tentor di kelas itu. Tak lama kemudian, teman sebangkunya menyahut, “Dia masih perjalanan ustadzah” ungkapnya.
“Telat lagi?” sudah berapa kali kamu telat masuk kelas saya?!” ujar si tentor. “Hmm, maaf ustadzah tadi saya masih ada tanggungan hafalan sama bantuin masak buat sarapan di maskan” jawabnya sambil mengeluarkan buku catatannya dari dalam tas.
Di dalam kelasnya ada seorang anak yang terkenal sebagai gadis sultan. Tak jarang yang jadi korban bully si gadis sultan ini, iyaa teman-teman memanggilnya gadis sultan. Karena, penampilannya yang mewah di manapun dan kapanpun. Dia punya segalanya, karena dia memang terlahir dari keluarga berada. Tapi hal itu membuatnya jadi tambah sombong, seolah tak ada yang mengalahkan kepopulerannya karna harta orang tuanya. Ica selalu menjadi sasaran bully-an nya di dalam kelas, karena tidak mau bergabung dengan geng gadis sultan itu. Rania selalu saja merasa punya segalanya, karena ayahnya adalah salah satu donatur terbesar di dauroh itu, dia main seenaknya sendiri membully teman-teman yang dia rasa tidak mau menuruti perintahnya dan menyaingi kepopulerannya.
“Rania Kalista, kamu dipanggil ke kantor dauroh menemui ustadz Ahmad” sahut temannya yang berjalan di belakang dia.
“Aku? Tidak mau, siapa yang berani menghukum anak donatur terbesar di dauroh ini,” ujarnya.
Tiada yang bisa menguatkan diri sendiri, kecuali kita sendiri. Itu merupakan hal yang selalu dipegang teguh oleh Ica. Meskipun ada seorang ustadz, salah satu tentor di dauroh itu yang selalu memberi semangat dan motivasi buat Ica.
“Kamu gadis yang kuat Ca, saya yakin kamu pasti bisa melewati semua ini” ucap ustadz itu sambil membawa kitab ke arah dauroh.
“Terima kasih banyak Ustadz, saya yakin pasti bisa mengatasi semua permasalahan ini. Kunci yang selalu saya ingat dari ayah saya, bahwa setiap orang hidup pasti akan menemukan banyak masalah dan justru dari masalah-masalah itu menjadikan kita seseorang yang lebih kuat dan lebih baik dari sebelumnya” sahut Ica sembari berjalan pelan ke arah maskan.
Hari-hari pun terus berlanjut, Ica semakin tidak tahan berada di kelas karena ada teman di kelasnya yang suka membully dan selalu saja mencari-cari kesalahan Ica. Begitupun di kamar, ada seorang anak kamar yang juga suka membully karena iri pada Ica, karena dia menjadi anak andalan di maskan. Siang itu memang hari libur, jadi tidak ada kursus dan semua kegiatan maskan juga bebas. Agar anak-anak di maskan bisa berlibur dan tidak jenuh memikirkan kursus. Yaa, meskipun setiap malam selalu ada setorn hafalan mufrodat (kosa kata) yang tak pernah libur. Karena akan ada penghargaan khusus bagi anak dauroh yang bisa tuntas hafal 1000 mufrodat selama sepekan dan nilai mumtaz (sempurna) sewaktu ujian pelajaran dauroh seminggu setelah ujian mufrodat. Ica yang jenuh berada di maskan karena tak tahan dengan kata-kata pedas yang selalu dilontarkan salah seorang temannya di kamar itu.
Sesaat, mata tertuju ke arah parkiran sepeda mungil itu. Ica tak peduli dengan sindiran tajam si Atika salah seorang teman kamarnya. “Mau ke mana Ca?” tanya Ana. Sembari beranjak dari teras, Ana berjalan ke arah parkiran dan membawa sepedanya, lalu ia membuka pintu gerbang dengan perlahan. “Aku keluar dulu, tidak usah dicari nanti sore juga pulang!” teriaknya sambil menggayuh sepeda mungilnya itu dengan kuat. Sambil membawa roti tawar yang sudah terisi selai nanas, Ica berjalan seperti orang mau lari maraton.
Padahal esok hari waktunya ujian dauroh. Karna Ica sudah berhasil lolos di ujian mufrodat, tinggal mengikuti ujian dauroh serentak. Ana, Afi dan Atma selalu menghubungi Ica, mereka tak lelah mengingatkan Ica untuk pulang karena dia harus bersiap mengikuti ujian dauroh esok harinya. Sebelum waktu salat maghrib Ica sudah berada di maskan. “Ica, kamu dari mana saja sih dari tadi kami telepon tidak diangkat. Kami kan khawatir ke kamu Ca” ucap Afi, Ana dan Atma serentak. Ica masuk sambil membawa martabak manis kesukaan teman-teman kamarnya itu.
“Ini kalian makan dulu, aku sengaja belikan ini untuk kalian. Terima kasih ya teman-teman kalian sudah khawatir ke aku, aku hanya ingin mencari udara segar saja karna ada kejadian tidak enak tadi pagi, dan aku ingat kalau besok ujian dauroh serentak makanya tadi juga sekalian ke perpustakaan yang ada di ujung kota ini untuk pinjam buku, karena buku yang kupunya masih sangat minim.” jawab Ica sambil membawa buku-buku yang dia pinjam dari perpustakaan.
Wisuda dauroh, akhirnya sampai juga di hari yang ditunggu-tunggu seluruh warga dauroh itu. Ica Maharani adalah nama pertama yang disebut oleh kepala dauroh Al-Azhar dengan prestasi murid kursus terbaik di dauroh Al-Azhar tahun 2019 periode bulan Juni. Akhirnya Ica mampu membuat bangga orang tuanya dan dia juga mendapat penghargaan khusus karena mampu menghafal 1000 mufradat dalam waktu seminggu.
Tak disangka juga Rania dan teman-temannya pun memberi ucapan selamat pada Ica sekaligus meminta maaf atas semua kesalahannya yang suka membully dan juga memfitnah Ica. Pada akhirnya Rania dan teman-temannya mengakui bahwa harta bukanlah segalanya, walaupun dia punya banyak harta tapi tidak semua hal bisa dibeli dengan harta, termasuk ilmu dan juga kualitas diri.
Banyak pelajaran hidup yang bisa Ica ambil selama berada di Kota Pahit itu, dan terlebih tujuan awalnya untuk kursus bahasa itu ternyata tak hanya berakhir di situ saja. Ica berhasil mengantongi banyak peristiwa yang bisa dia jadikan pelajaran hidup. Dimana akan ada hikmah di setiap peristiwa yang terjadi dan mampu Ica jadikan inspirasi berharga untuk kehidupannya mendatang. Pahit itu melangit! Iya, kota pahit itu melangitkan pelajaran hidup berharga yang jejaknya tertinggal manis di sana.
Ada senyum tanpa asmara, ada dendam tanpa bersabda Berkisah akan sajak luka dengan darah yang masih bersimbah Tentang pedang yang masih menghujam Tentang jiwa yang hilang cahaya Tentang fana yang kerap kali unggah kecewa
Benar ! Adalah aku yang terus saja melawan waktu tanpa kenal kata tunggu Adalah aku yang tak kunjung acuh pada deru angin lalu sebab menyimpan dirimu Adalah aku yang lupa bahwa sejatinya hati bertakdir memberi tanpa perlu mengharap kembali
Di langit biru bernafaskan rindu tanpa rengkuh Kuukir mentari dalam diri Mengubur gelap gulita rasa pada terjal waktu Lantaran sendu kian luruh
Atas nama cinta yang tak pernah tua Akan ku basuh ragu dengan harap baru Mencipta harsa sampena nabastala
[🥳 CONGRATULATIONS 🥳] Selamat bagi para peserta yang lolos tahap Seleksi Video Minat dan Video Sosial 😍 . Selanjutnya kalian akan mengikuti Seleksi Wawancara yang akan dilaksanakan pada tanggal 01-02 Oktober 2020 ✨ . Untuk peserta yang belum lolos jangan berkecil hati ya, tetap semangat menjalani hari-hari kalian ❤️🌻 . Lanjutkan AMBISIMU!!! The Dreams Will Come True ❤️💙